Bagaimana Cara Megawati Hangestri Bisa Bermain di Liga Korea. Megawati Hangestri Pertiwi, atau akrab disapa Megawati, kembali jadi sorotan dunia voli setelah penampilan gemilangnya di V-League Korea musim 2024/2025. Pemain opposite asal Indonesia ini bawa Daejeon Jung Kwan Jang Red Sparks ke final, meski akhirnya runner-up, dan cetak ratusan poin yang bikin fans Korea kagum. Tapi, di balik spike-nya yang mematikan, ada perjalanan panjang dari lapangan tanah liat di Jember ke arena internasional. Bagaimana seorang gadis berusia 25 tahun ini bisa tembus liga bergengsi Korea, yang dikenal ketat dan kompetitif? Ini cerita tentang talenta alami, strategi karier cerdas, dan dukungan yang tepat—membuka pintu bagi atlet Indonesia lain untuk ikuti jejaknya di panggung Asia. BERITA BOLA
Siapa Itu Megawati Hangestri: Bagaimana Cara Megawati Hangestri Bisa Bermain di Liga Korea
Megawati Hangestri Pertiwi lahir di Jember, Jawa Timur, pada 20 September 1999, dari keluarga sederhana yang mendukung mimpinya sejak kecil. Tingginya 185 cm bikin ia unggul sejak remaja, dan pada usia 14 tahun, ia sudah gabung Surabaya Bank Jatim di Livoli Divisi Utama 2015. Bakatnya meledak di Proliga Indonesia: debut dengan Jakarta Pertamina Fastron 2015-2017, ia cepat jadi bintang dengan spike keras dan lompatan tinggi. Musim 2018, pindah ke Jakarta BNI 46, lalu Bandung BJB Tandamata sebagai wakil Indonesia di ASEAN Grand Prix 2022.
Karier internasionalnya dimulai 2021 saat gabung Supreme Chonburi-E.Tech di Thailand League—musim debut, ia bantu tim juara dan cetak 300 poin. Tahun 2022, lanjut ke Hà Phú Thanh Hóa di Vietnam League, tambah pengalaman Asia Tenggara. Di timnas Indonesia, Megawati debut SEA Games 2017, sumbang medali perak 2019, dan jadi andalan di AVC Nations Cup. Julukannya “Megatron” datang dari kekuatan serangannya—ia sering cetak 20-30 poin per laga. Hingga kini, ia ikon voli putri Indonesia, inspirasi bagi generasi muda seperti yang terlihat di Proliga 2024 di mana ia pimpin Jakarta BIN juara pertama kalinya.
Apa yang Membuatnya Bisa Bermain di Liga Korea
Megawati bisa main di V-League Korea berkat kombinasi performa domestik kuat, agen pintar, dan kebijakan liga yang terbuka untuk talenta Asia. Awalnya, musim 2022/2023, ia masih di Proliga dengan Jakarta Pertamina Fastron, tapi agennya Wibi Anhari dorong eksplorasi luar negeri. Korea jadi pilihan karena V-League izinkan dua pemain asing per tim: satu umum dan satu Asia Quota sejak 2023, buka peluang bagi atlet ASEAN seperti Megawati. Daejeon Red Sparks, tim peringkat bawah, rekrut ia via draft Asia pada September 2023—kontrak satu tahun senilai sekitar Rp 2 miliar, termasuk bonus.
Yang bikin sukses: spike-nya capai 110 km/jam, cocok gaya cepat V-League. Musim debut 2023/2024, ia cetak 377 poin, bantu Red Sparks semifinal pertama dalam tujuh tahun, finis ketiga—prestasi yang bikin ia Best Player Round 1. Media Korea sebut ia “hijab warrior” karena jadi pemain berhijab pertama di liga. Musim kedua 2024/2025, ia perpanjang kontrak, cetak 400 poin lebih, bawa tim final meski kalah dari Pink Spiders. Faktor lain: adaptasi cepat ke budaya Korea, latihan intens, dan dukungan tim—ia belajar bahasa dasar dan ikut team dinner. Ini bukti talenta Indonesia bisa bersaing, buka pintu bagi pemain seperti Gia Milana yang ikut ke Korea.
Kenapa Dia Bisa Kembali Bermain di Liga Indonesia
Megawati bisa kembali ke Proliga Indonesia setelah musim Korea 2024/2025 karena keputusan pribadi untuk dekat keluarga dan prioritas timnas, ditambah tawaran menggiurkan dari klub lokal. April 2025, setelah runner-up di V-League, ia tolak perpanjangan Red Sparks—alasan utama: rindu keluarga di Jember dan persiapan SEA Games 2025. Manajer Wibi Anhari bilang, “Mega mau lebih banyak waktu di rumah, plus timnas butuh ia full fit.” Korea Herald konfirmasi ia tinggalkan liga untuk “spend more time with family in Indonesia.”
Langsung, Jakarta BIN tawarkan kontrak besar untuk Proliga 2024—ia gabung April 2024, pimpin tim juara pertama kalinya dengan 300 poin dan MVP. Tapi di 2025, setelah Korea, ia pilih Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia untuk Final Four Proliga—bergabung Mei 2025, bantu tim perebutan peringkat tiga meski gagal juara. Alasan lain: Proliga beri fleksibilitas jadwal, cocok persiapan timnas AVC, dan gaji kompetitif Rp 500 juta per musim plus bonus. Rumor klub Eropa lirik ia, tapi Mega tolak—fokus Indonesia dulu. Kembali ini win-win: ia istirahat, klub lokal untung talenta top, dan fans Indonesia dapat idolanya lagi.
Kesimpulan: Bagaimana Cara Megawati Hangestri Bisa Bermain di Liga Korea
Perjalanan Megawati Hangestri ke V-League Korea dan balik ke Proliga tunjukkan betapa dinamisnya karier atlet voli Indonesia—dari Jember ke Daejeon, ia bukti talenta kita bisa bersinar di Asia. Dengan spike mematikan dan mental baja, Mega bukan cuma pemain, tapi pionir yang buka jalan bagi junior. Kembali ke Indonesia bukan mundur, tapi strategi cerdas untuk keluarga dan timnas—siap SEA Games 2025 dengan api baru. V-League untung talenta seperti ia, tapi Indonesia lebih bangga: Megawati, “Megatron” kita, siap hantam lagi, di mana pun lapangannya.